Latihan Pernapasan untuk Penyintas Covid-19
loading...
A
A
A
Para ahli tengah meneliti apa saja dampak kesehatan jangka panjang yang ditimbulkan akibat Covid-19 . Ternyata salah satu efek yang telah diketahui adalah beberapa pasien yang sudah sembuh dari infeksi virus tersebut menderita fibrosis paru (gangguan pernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di organ paru). Jumlah penderitanya pun semakin meningkat.
Pasien SARS yang sudah sembuh dari outbreak yang pernah terjadi pada 2003 silam juga menderita fibrosis paru. Fungsi paru yang tidak normal tersebut akan menyebabkan seseorang mengalami sesak napas, bahkan ketika hanya melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan atau mengenakan pakaian. (Baca: Nasihat Indah Aa Gym: Jangan Mempersulit Diri!)
Nah, latihan pernapasan teratur dapat meningkatkan pengembangan paru dan menguatkan otot pernapasan yang membuat kapasitas paru untuk menyediakan oksigen lebih besar. Pernapasan diafragma bisa dilakukan sebagai permulaan. Untuk mendapatkan jumlah oksigen yang maksimal ketika menarik napas, tubuh akan menggunakan otot-otot pernapasan, termasuk diafragma.
Adalah Andrew Weil MD, Direktur Center for Integrative Medicine di University of Arizona, yang memopulerkan teknik pernapasan ini. Bernapas perlahan dan dalam diyakini dapat menurunkan tingkat stres.
“Ini adalah teknik relaksasi yang terbaik yang saya tahu. Butuh beberapa waktu, tidak butuh alat, dan tanpa biaya apa pun. Anda harus mempraktikkannya dua kali sehari. Dengan terus berlatih, dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menyehatkan sistem pencernaan, membuat mudah tidur, dan mencegah kegelisahan,” papar Dr Weil dikutip dari medium.com. (Baca juga: PSBB Diperpanjang, Sekolah di Jakarta Belum Bisa Terapkan Tatap Muka)
Teknik bernapas ini disebut juga pursed lip breathing (PLB), yakni teknik pernapasan dengan mengeluarkan napas melalui bibir yang mengerut (kerucut) dan bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup. Tenaga medis seperti dokter, perawat, ahli terapi fisik, ahli terapi okupasi, hingga ahli terapi pernapasan mengajarkan teknik ini kepada pasien untuk meredakan sesak napas dan meningkatkan pernapasan dalam. Baik pernapasan diafragma, PLB, dan teknik bernapas yoga terbukti dapat meningkatkan fungsi paru. Ketiganya juga sudah terbukti menunjukkan peningkatan kemampuan bernapas pasien fibrosis paru, termasuk kemampuan untuk berjalan lebih jauh bagi pasien PPOK. (Lihat videonya: Kelompok Geng Motor di Medan Terjaring Razia Polisi)
Para ahli dari Loma Linda University di California merekomendasikan penyintas Covid-19 memulai latihan pernapasan segera setelah tidak lagi tergantung pada terapi oksigen atau tidak mengalami sesak napas. Sementara peneliti dari Kanada juga menganjurkan hal serupa. Latihan pernapasan ini disarankan 1–3 kali sehari selama 10 menit masing-masing (Sri Noviarni)
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Pasien SARS yang sudah sembuh dari outbreak yang pernah terjadi pada 2003 silam juga menderita fibrosis paru. Fungsi paru yang tidak normal tersebut akan menyebabkan seseorang mengalami sesak napas, bahkan ketika hanya melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan atau mengenakan pakaian. (Baca: Nasihat Indah Aa Gym: Jangan Mempersulit Diri!)
Nah, latihan pernapasan teratur dapat meningkatkan pengembangan paru dan menguatkan otot pernapasan yang membuat kapasitas paru untuk menyediakan oksigen lebih besar. Pernapasan diafragma bisa dilakukan sebagai permulaan. Untuk mendapatkan jumlah oksigen yang maksimal ketika menarik napas, tubuh akan menggunakan otot-otot pernapasan, termasuk diafragma.
Adalah Andrew Weil MD, Direktur Center for Integrative Medicine di University of Arizona, yang memopulerkan teknik pernapasan ini. Bernapas perlahan dan dalam diyakini dapat menurunkan tingkat stres.
“Ini adalah teknik relaksasi yang terbaik yang saya tahu. Butuh beberapa waktu, tidak butuh alat, dan tanpa biaya apa pun. Anda harus mempraktikkannya dua kali sehari. Dengan terus berlatih, dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah, menyehatkan sistem pencernaan, membuat mudah tidur, dan mencegah kegelisahan,” papar Dr Weil dikutip dari medium.com. (Baca juga: PSBB Diperpanjang, Sekolah di Jakarta Belum Bisa Terapkan Tatap Muka)
Teknik bernapas ini disebut juga pursed lip breathing (PLB), yakni teknik pernapasan dengan mengeluarkan napas melalui bibir yang mengerut (kerucut) dan bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup. Tenaga medis seperti dokter, perawat, ahli terapi fisik, ahli terapi okupasi, hingga ahli terapi pernapasan mengajarkan teknik ini kepada pasien untuk meredakan sesak napas dan meningkatkan pernapasan dalam. Baik pernapasan diafragma, PLB, dan teknik bernapas yoga terbukti dapat meningkatkan fungsi paru. Ketiganya juga sudah terbukti menunjukkan peningkatan kemampuan bernapas pasien fibrosis paru, termasuk kemampuan untuk berjalan lebih jauh bagi pasien PPOK. (Lihat videonya: Kelompok Geng Motor di Medan Terjaring Razia Polisi)
Para ahli dari Loma Linda University di California merekomendasikan penyintas Covid-19 memulai latihan pernapasan segera setelah tidak lagi tergantung pada terapi oksigen atau tidak mengalami sesak napas. Sementara peneliti dari Kanada juga menganjurkan hal serupa. Latihan pernapasan ini disarankan 1–3 kali sehari selama 10 menit masing-masing (Sri Noviarni)
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(ysw)